Friday, August 28, 2009

Ramadhan yang mulia


Kata-kata ini dipetik daripada ceramah setiap hari selasa yang disampaikan oleh Hassan al Banna.


Pada kesempatan ini, Ikhwan sekalian, saya akan meringkaskan untuk Anda semua pandangan-pandangan saya tentang kitab Allah swt., dalam kalimat-kalimat ringkas.


Wahai Ikhwan yang mulia, tujuan-tujuan asasi dalam kitab Allah swt. dan prinsip-prinsip utama yang menjadi landasan bagi petunjuk Al-Qur’an ada empat:

1. Perbaikan Aqidah

Anda mendapati bahwa Al-Qur’anul Karim banyak menjelaskan masalah aqidah dan menarik perhatian kepada apa yang seharusnya tertanam sungguh-sungguh di dalam jiwa seorang mukmin, agar ia bisa mengambil manfaatnya di dunia dan di akhirat. Keyakinan bahwa Allah swt. adalah Yang Maha Esa, Yang Mahakuasa, Yang menyandang seluruh sifat kesempurnaan dan bersih dari seluruh kekurangan. Kemudian keyakinan kepada hari akhir, agar setiap jiwa dihisab tentang apa saja yang telah dlkerjakan dan ditinggal kannya. Wahai Akhi, jika Anda mengumpulkan ayat-ayat mengenai aqidah dalam Al-Qur’an, niscaya Anda mendapati bahwa keseluruhannya mencapai lebih dari sepertiga Al-Qur’an. Allah swt. berfirman dalam surat Al-Baqarah, “Hai manusia, beribadahlah kepada Rabb kalian Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian; kerana itu janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kalian mengetahui.” (Al-Baqarah: 21-22)

Wahai Akhi, setiap kali membaca surat ini, Anda mendapati kandungannya ini melintang di hadapan Anda. Allah swt. juga berfirman dalam surat Al-Mukminun, “Katakanlah, Kepunyaan siapa-kah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kalian mengetahui?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘Maka apakah kalian tidak ingat?’ Katakanlah, ‘Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘Maka apakah kalian tidak bertaqwa?’ Katakanlah, ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (adzab)-Nya, jika kalian mengetahui?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kalian ditipu?’ Sebenar-nya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta.” (Al-Mukminun: 84-90)

Allah swt. juga berfirman di surat yang sama, “Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak pula mereka saling bertanya. Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikannya) maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangan (kebaikannya), maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam.” (Al-Mukminun: 101-103)

Allah swt. juga berfirman, “Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat. Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. Dan manusia bertanya, ‘Mengapa bumi (jadi begini)?’ Pada hari itu bumi menceritakan beritanya. Kerana sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Az-Zalzalah: 1-8)

Allah swt. berfirman, “Hari Kiamat. Apakah hari Kiamat itu? Tahukah kalian apakah hari Kiamat itu?” (Al-Qari’ah: 1-3) Dalam surat lain Allah berfirman, “Bermegah-megahan telah melalaikan kalian. Sampai kalian masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian itu). Dan janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui.” (At-Takatsur: 1-4) Wahai Akhi, ayat-ayat mi menjelaskan hari akhirat dengan pen-jelasan gamblang yang bisa melunakkan hati yang keras.

2. Pengaturan Ibadah

Anda juga membaca firman Allah swt. mengenai ibadah. “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.”“…diwajib-kan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian.” (Al-Baqarah: 183) “…mengerjakan haji adalah kewa-jiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (Ali-Imran: 97) Maka aku katakan kepada mereka, “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.” (Nuh: 10) Dan banyak lagi ayat-ayat lain mengenai ibadah. (Al-Baqarah: 43)

3. Pengaturan Akhlak

Mengenai pengaturan akhlak, wahai Akhi, Anda biasa membaca firman Allah swt. “Dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya.” (Asy-Syams: 7-8) “…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada dalam diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’d:11) “Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (Yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian. Dan orang-orang yang sabar kerana mencari ridha Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). (Yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang shalih dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu. (Sambil mengucapkan), ‘Salamun ‘alaikum bima shabartum (keselamatan atasmu berkat kesabaranmu),’ maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (Ar-Ra’d: 19-24) Wahai Akhi, Anda mendapati bahwa akhlak-akhlak mulia bertebaran dalam kitab Allah swt. dan bahwa ancaman bagi akhlak-akhlak tercela sangatlah keras. “Dan orang-orang yang memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahanam).” (Ar-Ra’d: 25)

Inilah peraturan-peraturan tersebut, Ikhwan sekalian, sebenarnya, peraturan-peraturan itu lebih tinggi daripada yang dikenal oleh manusia, kerana di dalamnya terkandung semua yang dikehendaki manusia untuk mengatur urusan masyarakat. Ketika mengupas sekelompok ayat, maka Anda mendapati makna-makna ini jelas dan gamblang. “Seperempat Juz Khamr” yang diawali dengan “Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi” (Al-Baqarah: 219), mengandung lebih dari dua puluh lima hukum praktis: tentang khamr, judi, anak-anak yatim, pernikahan laki-laki dan wanita-wanita musyrik, haid, sumpah, ila’, talak, rujuk, khuluk, nafkah, dan hukum-hukum lainnya yang banyak sekali Anda dapatkan dalam seperempat juz saja. Hal ini kerana surat Al-Baqarah datang untuk mengatur masyarakat Islam di Madinah.

Ikhwan tercinta, hendaklah Anda semua menjalin hubungan dengan kitab Allah. Bermunajatlah kepada Tuhan dengan kitab Allah. Hendaklah masing-masing dari kita memperhatikan prinsip-prinsip dasar yang telah saya sebutkan ini, kerana itu akan memberikan manfaat yang banyak kepada Anda, wahai Akhi. Insya Allah Anda akan mendapatkan manfaat darinya.

Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Sayidina Muhammad dan kepada segenap keluarga dan sahabatnya.

Comments

Thursday, August 6, 2009

Disebabkan minda yang resah menjawab pertanyaan sahabat mengenai malam nisfu syaaban saya mencari makna sebenar nisfu syaaban ini di internet.Syukur pada Allah saya telah terjumpa satu artikel yang menarik yang ingin saya kongsikan bersama.

Oleh Dr Engku Ahmad Zaki Engku Alwi

SYAABAN adalah salah satu bulan Hijrah yang mempunyai keistimewaan tersendiri. Syaaban dianggap pintu gerbang Ramadan kerana pada bulan itu umat Islam masih boleh makan dan minum pada siang hari sebelum mereka menyambut kedatangan bulan puasa yang penuh berkat.

Kelebihan Syaaban dapat dilihat apabila Rasulullah SAW pernah memberitahu sahabat mengenai Syaaban. Bulan itu dinamakan demikian kerana pada bulan itu Allah banyak memberi rahmat kepada hamba-Nya.

Kelebihan Syaaban berbanding bulan lain ialah seperti kelebihan Rasulullah SAW terhadap semua nabi, manakala keutamaan bulan Ramadan berbanding dengan semua bulan adalah seperti keutamaan Allah kepada hamba-Nya.

Pada bulan Syaaban, ada satu malam sangat dinantikan umat Islam iaitu malam Nisfu Syaaban. Pada malam itu, umat Islam akan membanjiri masjid dan surau untuk menghidupkan malam itu dengan bacaan surah Yasin secara beramai-ramai.

Malangnya, timbul persoalan mengapa umat Islam hanya melangkah kaki ke masjid dan surau pada malam Nisfu Syaaban saja, tidak pada hari lain dalam bulan lain. Perlu ditegaskan, setiap bulan Hijrah memiliki keistimewaan dan kelebihan masing-masing dan bagi Muslim bertakwa akan sentiasa berusaha merebut dan meraih keistimewaan yang Allah sediakan pada bulan itu.

Muslim sejati tidak akan memilih bulan tertentu untuk beribadat kepada Allah. Dia akan sentiasa beristiqamah dan beriltizam menjunjung segala titah dan perintah Allah pada setiap masa dan keadaan sehinggalah dia menghadap Allah nanti.

Di samping itu, terdapat juga himpunan hadis menerangkan keistimewaan Syaaban, kelebihan malam Nisfu Syaaban dan keutamaan amalan tertentu pada bulan itu. Namun, kebanyakan hadis itu adalah hadis daif menurut pandangan ulama. Walau bagaimanapun ada sebahagian ulama berpendapat hadis daif boleh dipegang dalam amalan sunat secara perseorangan.

Pada Syaaban ini, umat Islam dianjurkan lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan meningkatkan amal soleh dan memperbanyakkan ibadat. Tidak ada hadis diriwayatkan berkaitan dengan amalan dan bacaan doa tertentu pada pertengahan Syaaban mencapai taraf hadis sahih. Menurut mereka, tidak ada satu pun hadis sahih yang membicarakan mengenai malam Nisfu Syaaban dan amalan dianjurkan pada malam itu.

Berdasarkan amalan biasa dilakukan umat Islam di Malaysia iaitu amalan membaca surah Yasin sebanyak tiga kali dan juga bacaan doa khusus (doa yang tidak ada asal usulnya dan tidak menepati dalil Syarak sama ada dalil manqul (bersumberkan al-Quran dan hadis) atau ma’qul (bersumberkan pendapat ulama mujtahidin yang muktabar).

Menurut Prof Dr Yusuf al-Qaradawi dalam kitabnya al-Fatawa, kandungan doa itu secara umumnya adalah permohonan supaya ditetapkan sebagai seorang yang bahagia dan murah rezeki bersesuaian dengan segala kebaikan.

Maksud doa itu berdasarkan firman Allah yang bermaksud:

“Sesungguhnya Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan di sisi-Nya ummul kitab (ibu segala suratan).” (Surah al-Ra‘d , ayat 39)

Jelas di sini percanggahan nyata dalam isi kandungan doa ini. Pada permulaannya pemohon berkata, jika tertulis di sisi Allah di dalam kitabnya sebagai seorang yang susah dalam urusan mencari rezeki, pendoa meminta supaya dihapuskan kesusahan itu dan ditetapkan di sisi Allah di dalam kitabnya (yang sama) sebagai seorang bahagia dan murah rezeki untuk segala kebaikan, berdasarkan maksud ayat yang disebutkan.

Makna ummul kitab ialah tidak ada di dalamnya penghapusan dan tidak ada pengisbatan (penetapan), bagaimana dia (orang yang berdoa) pada masa yang sama memohon penghapusan dan pengisbatan di dalamnya.

Pada masa sama, ucapan doa itu bertentangan dengan adab berdoa seperti digariskan ajaran Islam. Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:

“Apabila kamu meminta kepada Allah (berdoa kepada-Nya), janganlah kamu ucapkan: Ya Allah ampunilah jika Kamu kehendaki, rahmatilah daku jika Kamu kehendaki, berikanlah rezeki padaku jika Kamu kehendaki, sebaliknya hendaklah kamu menetapkan permasalahannya (apa yang diminta), Allah Maha Berkuasa melakukan berdasarkan ketentuan-Nya dan tidak ada paksaan ke atas-Nya.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

Seterusnya, umat Islam dianjurkan melaksanakan amal ibadat sebanyak mungkin menurut kemampuannya pada malam itu antaranya solat lima waktu secara berjemaah, bersolat sunat dan melakukan solat tahajud, berpuasa sunat, membaca al-Quran, beristighfar kepada Allah, bertasbih, bertahlil, bertakbir dan membaca pelbagai doa dan zikir yang ma’thur.

- Dr Engku Ahmad Zaki Engku Alwi ialah Timbalan Dekan Fakulti Pengajian Kontemporari Islam, Universiti Darul Iman Malaysia.