Saturday, October 22, 2011

Jom berusrah


Semoga kita terus seronok dalam bebanan dakwah menuju kubur yang cerah, insyaAllah.

Baru-baru ini kita diwar-warkan mengenai perhimpunan sejuta umat di Stadium Melawati Shah Alam.

Sangat-sangat menarik dan satu tarikan bagi segolongan besar Muslim yang pantang akidahnya dicabar.

Namun pada masa yang sama kita harus beringat akan pentingnya juga kita mentarbiyyah umat. Umat tertarbiyyahkah dengan cara berhimpun ini?

Mungkin ya melalui ceramah para tokoh yang hadir. Mungkin juga melalui lagu para pejuang menerusi lirik lagunya yang menaikkan semangat kesedaran.

Isunya disini adalah samada kita hanya inginkan sesuatu yang bersifat sementara atau sesuatu yang kesannya lebih lama. Sudah tentu kita inginkan manfaat pada ummah maka kesan yang lama kita pilih.

Himpunan ini akan menjadi sekadar impunan andai tidak ada follow up atau sesuatu yang boleh dibawa pulang oleh para hadirin.

Apa yang boleh dibawa pulang itu bermaksud pertemuan yang konsisten selepas ini yang boleh menjamin kita tidak lupa akan apa yang kita sedang perjuangkan di stadium hari ini.

Untuk lebih mudah kita inginkan solusi pada apa yang berlaku, maka jalannya adalahdengan cara kita melakukan sesuatu bukan?

Misalnya sewaktu himpunan itu seharusnya juga diwar-warkan pada semua mengenai ceramah bulanan yang akan dibuat di Shah Alam, atau saranan untuk menghadirkan diri ke majlis ilmu di surau berdekatan setiap minggu. Lebih baik andai dapat digalakkan menertai kumpulan kecil berbincang isu umat islam dan mendalami agama pada masa yang sama.Ini semua adalah solusi agar kita bertambah ilmu serta kesedaran yang akhirnya mengkuburkan masalah ini dari terus bermaharajalela.

Andai begitu, maka yang hadir bukanlah sekadar hadir namun membawa pulang semangat ini dan akan disalurkan melalui aktiviti mingguan yang dirancangkan itu.

Inilah sebenarnya peranan himpunan sebegini. Ingin menimbulkan kesedaran yang akan terus bercambah dan bercambahnya ia melahirkan tindakan susulan berupa menghadirkan diri ke surau atau melaksanakan budaya islamik dalam keluarga.

Sama juga seperti isu Palestin. Mungkin ada yang masih bersemangat menyumbang, memboikot dan mengetahui lebih lanjut perembangan di sana, namun persoalannya berapa ramai.

Maka sebab itu setiap kali terjadinya isu-isu besar di media maka inilah masanya kita menimbulkan solusi berbentuk usrah dan sebagainya bagi mereka yang baru tersentak ini.

Proses yang sama berlaku pada sesi usrah yang kita jalankan. Pertama kita hidupkan dengan isu yang hangat melibatkan umat Islam. Kemudian kita mengingatkan tanggungjawab masing-masing sebagai Muslim. Kemudian kita buat follow up untuk pertemuan akan datang.

Kesimpulan

Maka melakukan himpunan itu bagi mengingatkan kita bahawa akidah kita makin hari makin tercabar adalah sesuatu yang memang patut.

Lebih baik juga kita jadikan isu ini sebagai permulaan bagi kita melakukan sesuatu pengislahan pada diri kita.

Mungkin melalui cara ini maka setiap kali isu baru wujud maka ramai yang mula ikut halaqah dan tarbiyyah.

Sunday, October 9, 2011

Dakwah vs Study












I just recently been talking with one of our activist dakwah. He is currently the head of some big company and always giving motivational talk at schools, matrix and universities.

When we had the chance to sit and talk i was really eager to hear from him. He start to remind us the importance of having good relationship with Allah.Nowdays most tend to neglect these thing.. Those who was once involved in dakwah but then when lives becomes easy and all they want they can get in a wink of an eye, i mean when the world is spread infront of them , they ' forgot' to solat.
Involve in free sex, do anything prohibited in Islam as if they was and would never be a God in their lives.

I'ts really sad.

That's his first advice. Then i asked him on how to balance between reading dakwah books and profession books.

His answer is somehow quite interesting.

Whether or not to agree is anyone's choice.

He says that it's better you to focus on one, only one and not both at once. I mean dakwah and study. Simply to say that now i'm a medical student and that means i have to pay more attention to it.
( Not meaning i have to ran away from dakwah work)

It does not exclude anyone from doing dakwah.
Even if you excel in your study, your increasing mast knowledge would somehow bring you closer to the Creator. Then you would appreciate the Supreme, incredible power of Allah .

Doesn't that contribute a lot as a muslim. Imagine who are the first liners for the procedure of some complex surgery, or who is the most experienced doctor for treating women during labour.

Are we going to answer to Allah and to society that we are not that good at this job and then leave it to non muslim to conduct our responsibilities?

Then there are saying that we should not talk of unless of what is our specialty,.

A medical officer cannot talk on powerplant work because he is not knowledgable and not the best person to explain on it. But for dakwah it's a different thing, i mean all level of society can talk on it. But then you must not deprived yourself the responsibilities to learn those medical knowledge as that is your awla or priority.

Imagine that you doing dakwah at the same time as medical student. But then your achievement in study is stunted. Also your part time job as a dae is going nowhere..

Both are not excel, whether dakwah or study. Then is it just a waste . Why not do your very best at medic, try to know and increase in knowledge and one day you will get closer to Him.
Or do your best in dakwah and then you would achieve a lot more.

The main of his talk is not for us to leave dakwah nor saying that dakwah is preventing our success, but then we must look at our specialty and try to gain as much as possible benefit and experience in those field.

And also not to say that involving in dakwah is a failure job and only the responsibiliies of the Al Azhar graduate but more to emphasize the importance of being excel in your respective profession as these can guide you towrds understanding the creation , the creator.
It's good if you can do dakwah and then excel in your carrier.

Oh yes one more thing. He mentioned that we do all these dakwah is actually for our own good and not merely to call others into Islam. in surah as soff verses 12 says that what we should do to save ourselves from the hell fire is by believing in Allah and his prophet and strive in this path of Allah.

Conclusion

It's good if you can become a Muslim who is expert on many field of career.

It's also good if you gain knowledge and it brings you closer to the Creator at the same time mould you into becoming a good Muslim who obeys all Allah's order and leave that is disallowed.

It would be the best if you could excel in your study at the same time the same goes for dakwah.

Saturday, October 1, 2011

Jom maksimakan akal.




Ini adalah seorang budak bernama Ali. Ku bertemu dengannya di surau PKNS pada hari sabtu , yakni semalam.

Dia kelihatan gembira bermain seorang diri. Namun sebenarnya dia bukan keseorangan sewaktu ku mula-mula buka pintu surau tersebut.

Bersama dengannya adalah seorang lagi.

Namanya wallahualam samada betul atau tidak kata Ali yakni Komen.

Komen ini bukan pertama kali kubertemu atau terserempak dengannya dan jelas aku masih ingat dirinya. Namun ku tidak pasti samada dia ingat diriku atau tidak.

Semasa aku mula-mula membuka pintu aku terkejut dengan kehadiran Komen yang tidak berbaju dan hanya berseluar pendek sambil tersenyum. Aku agak takut pada awalnya kemudian masuk dan beranikan diri duduk di salah satu sof belakang surau.

Disitulah aku bertemu budak bernama Ali yang sedang melayan Komen , seorang lelaki berbadan besar yang mengalami masalah down syndrome barangkali.

Tidak lama kemudian kulihat Komen kearah tempat solat wanita dalam keadaan tidak berbaju dan hanya berseluar pendek.

" Hey, Bang. Sini-sini." ku agak risau andaikata ada muslimah di sana.

Dia hanya menjenguk ke arah tempat solat wanita kemudian kembali ke tempat dimana aku dan Ali .
Kemudian dia mengambil sejadah untuk solat.

Jam pada waktu itu adalah 1.00 petang. Zuhur masuk 1.06 petang.

Ibrah

Begitulah sedikit pengalaman di pagi Sabtu bersama Komen dan Ali. Walaupun Komen itu seorang yang kita kata kurang akal namun dia masih teguh mendirikan solat. Mengapa dia sanggup sedangkan kita yang sempurna akal ni pun ada yang masih meninggalkan solat.

Juga peringatan buat diri ini agar melihat semula nikmat yang Allah sudah beri pada kita. Contohnya otak. Saya belum lagi masuk modul central nervous system, insyaAllah minggu depan. Namun insan yang berfikir akan rasa sangat kagum dengan otak dan akal yang Allah jadikan ini.

Kita sering mengehadkan akal yang Allah beri pada kita.

Adakalanya kita berfikir sangat jumud. Kita hanya menerima bulat-bulat apa yang tertera di dada akhbar. Kita fikir bahawa hanya ada satu cara sahaja dalam mengembangkan dakwah di muka bumi ini yakni dengan memberi ceramah. Kita sangka Islam hanya soal urusan ibadah feqah.

Kadangkala juga kita membatasi akal kita pada perbuatan yang mudah dan ringan sahaja.

" Kau suruh aku fikir masalah umat, masalah sendiri pun aku dah tak tahan..."

Melerek alasan yang manusia bagi namun semuanya seolah menafikan kebolehan akal kita. Sebenarnya kita boleh capai lebih dari itu dengan akal yang Allah kurniakan pada kita.

Hatta jika kita lihat bagaimana ulama terdahulu seperti ibnu sina mereka adalah dikalangan yang mampu menggunakan akal waras mereka semaksimanya. Cuba bayangkan beliau seorang ahli fizik, perubatan,geografi , kosmologi dan falsafah serentak. Pada umur 10 tahun sudah menghafal Al Quran dan pada usia 18 tahun pula sudah menjadi " doktor Di Raja ".

Cuba anda lihat Malcolm X, Hassan al Banna, Dr Abdul Aziz ar Rantisi , Yusuf Al Qardawi dan ramai lagi.Adakah anda rasa andaikata mereka itu berfikiran jumud dan fanatik serta puas dengan keadaan sedia ada mampu menyumbang sebagaimana mereka telah buat kini.

Lihatlah pencapaian mereka. Mereka telah menggunakan akal yang sempurna itu dengan semaksima yang boleh.

Mereka mampu mengubah pemikiran masyarakat dengan dakwah mereka. Mereka menggunakan akal tanpa membatasinya sekadar memikir perkara-perkara remeh dan kecil sahaja. Mereka mengguna setiap masa yang ada mempelajari segala ilmu .


Kesimpulan

Adakalanya kita merasai yang diri kita ini sudah lengkap. Namun banyak lagi ilmu yang belum kita kuasai.

Adakalanya juga kita merasa tidak mampu melakukan sesuatu yang banyak serentak. Namun ingatlah bahawa yang memberi kita ilmu ini Allah. Yang bagi peluang kita berubah ni Allah.

Belum cuba belum tahu.

Kalau sudah kita awal-awal sekat pemikiran kita , jumud dan tidak berbuah bagaimana mungkin kita capai matlamat itu.

Mungkin sudah tiba masanya kita muhasabah semula diri kita sejauh mana kita gunakan nikmat akal yang Allah beri ini dalam rangka menyumbang sebanyak-banyaknya pada ummah.